Kamis, 19 Juni 2008

Ingin Tahu Indahnya Minangkabau

Ingin tahu perkampungan Minangkabau tempo dulu? Berkunjung saja ke ke Solok Selatan, kabupaten berhawa sejuk di selatan Sumatera Barat.
Kabupaten Solok Selatan tidak hanya menawarkan wisata alam, tapi juga satu kawasan yang diberi julukan "Perkampungan Seribu Rumah Gadang".
Kawasan yang dimaksud ialah Nagari (desa) Koto Baru, Kecamatan Sungai Pagu, sekitar 130 km dari Kota Padang atau 33 km dari ibukabupaten Solok Selatan, Padang Aro.

Nagari Kota Baru merupakan perkampungan tradisional masyarakat Alam Sarambi Sungai Pagu dengan luas sekitar 10 hektare.
Terdapat sekira 146 unit rumah gadang di sana. Deretan rumah gadang itu sebagian masih dilengkapi "rangkiang", lumbung padi di samping rumah utama.
Berbagai bentuk rumah gadang Sumatera Barat terdapat di perkampungan itu, mulai dari tipe Gajah Maharam, Bodi Chaniago, Koto Piliang, Surambi Aceh, dan perpaduan tipe bangunan rumah gadang yang lain.

Rumah gadang di perkampung itu masih dalam keadaan seperti aslinya, berbahan bangunan kayu dan papan, mulai dari tonggak, dinding dan lantainya, dengan atap seng "bergonjong".
Ada rumah gadang yang dipoles dengan ukiran gaya minangkabau pada dindingnya dan juga ada yang tanpa ukiran sedikit pun. Jalan di perkampungan itu sudah dibeton.
Ny. Munizar (54), satu warga pemilik rumah gadang diperkampungan itu, menuturkan, masyarakat masih memfungsikan rumah gadang untuk kegiatan adat, seperti musyawarah kaum, pesta perkawinan, dan upacara kematian.
Setiap rumah gadang masih dihuni para keluarga, walaupun ada yang hanya diisisatu keluarga. Menurut perempuan paruh baya itu, karena masih dihuni, rumah gadang di sana tetap terjaga dan tidak cepat rusak.
Terdapat beberapa suku menurut garis keturunan Minangkabau di desa itu, seperti Suku Melayu, Bariang, Sikumbang, Panai, Durian, Caniago, Kampai, dan Tigo lareh.

"Awak (saya) tidak tahu pasti tahun didirikan rumah gadang yang ini," kata Munizar.

Kawasan rumah gadang itu kini mulai diminati masyarakat sebagai tujuan wisata. Apalagi, selama perjalanan ke desa itu orang bisa menikmati perkebunan teh di kawasan jalan lintas tengah Sumatera.


Gunung Talang dari Danau Diateh Kabupaten Solok


Salah satu kesenian anak nagari Solok Selatan,


Pariwisata

Nama "Perkampungan Seribu Rumah Gadang" itu diberikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan Mutia Hatta, ketika putri Muhammad Hatta itu berkunjung ke Kabupaten Solok Selatan, beberapa waktu lalu.
Pemkab Solok Selatan terus membenahi Nagari Kota Baru, karena kawasan itu dinilai bisa menjadi ikon pariwisata di sana.
Kepala Tata Usaha Kator Pariwisata, Seni, dan Budaya, Solok Selatan, Bujang Basri mengatakan, lokasi itu ditetapkan menjadi obyek wisata budaya andalan di kabupaten itu.
Kabupaten berpenduduk sekitar 130 ribu jiwa tersebut juga memiliki aneka rumah tempo dulu yang bersejarah, di antaranya rumah gadang Durian Taruang, sekitar 500 meter dari Padang Aro.

Rumah itu merupakan istana Raja dan Putri Intan Juri serta rumah gadang pertama yang dibangun di Nagari Durian Tarung, ratusan tahun lalu.
Juga ada rumah gadang "Datuak Rajo Disambah", 49 kilometer dari Padang Aro yang memiliki atap "bagonjong lima", beranjungan satu dan merupakan rumah adat khas Sungai Pagu, Solok Selatan.
Dalam rumah itu tersimpan peninggalan adat budaya bernilai tinggi yang hanya digunakan pada upacara adat.
Rumah bersejarah lainnya, bangunan Ustano Rajo Balun di Jorong Balun, 47 kilometer dari Padang Aro yang merupakan kediaman keluarga Raja Adat Alam Serambi Sungai Pagu.

Rumah gadang itu berbentuk Istana Serambi Aceh dengan posisi menghadap ke timur dan di dalamnya menyimpan banyak peninggalan kuno, seperti naskah balun, perlengkapan penobatan raja, peralatan sekapur sirih, dan peralatan makan raja.
Berikutnya, Rumah Gadang 21 ruang di Nagari Abai, 40 kilometer dari Padang Aro. Rumah itu memiliki 21 ruang memanjang dengan arsitektur "bagonjong" yang dikenal sebagai rumah gadang terpanjang di Sumbar.
Banyak rumah gadang di Solok Selatan yang kini terus dibenahi pemerintah kabupaten setempat.
Upaya pembenahan terus dilakukan, kata Bujang, agar makin memikat wisatawan.



Tak banyak daerah yang memiliki tujuan wisata seberagam Solok Selatan, satu dari 19 kabupaten dan kota di Sumatera Barat. Solok Selatan, memiliki obyek wisata alam seperti tujuh air terjun dengan ketinggian bervariasi dan delapan air panas.

Pelancong yang ke Solok Selatan juga akan disuguhi panorama memikat; Ulu Suliti. Masih di kawasan itu, terdapat goa (ngalau) sepanjang 200 meter.

Daerah berhawa sejuk itu, juga terdapat obyek wisata minat khusus, arung jeram dan petualangan menapak hamparan kebun teh menuju puncak gunung Kerinci.

Pemerintah Kabupaten Solok Selatan sudah membuka akses jalur pendakian dari kebun teh milik Mitra Kerinci, menuju Gunung tertinggi di Sumatera itu.

"Pengunjung juga dapat menikmati obyek wisata sejarah, karena disini terdapat beberapa peninggalan Belanda dan tugu serta rumah masa perjuangan PDRI," kata Pejabat Kantor Pariwisata Solok Selatan, Bujang Basri.

Pada 2002 lalu di Solok Selatan juga ditemukan fosil gajah purba. Kini tulang belulang hewan besar itu terletak pada satu tempat berjarak sekitar 500 meter dari Ustano Balun atau lebih kurang 47 km dari Padang Aro, ibukota kabupaten Solok Selatan.

Ketika berkunjung ke Solok Solok Selatan, wisatawan akan diingatkan pada bait lagu,"Rumah gadang nan sambilan ruang, Rangkiang ba diri di halamanya. Bilo den kana yo kana hati nan taibo yo taibo.., tabayang - bayang di ruang mato,".

"Jangankan rumah gadang sembilan ruang, yang 18 ruang dan 21 ruang masih berdiri kokoh sampai kini," kata Basri.

Di daerah yang terletak pada ketinggian 600-1.400 meter di atas permukaan laut ini, juga terdapat perkampungan tradisional Minangkabau yang diberi julukan "Perkampungan seribu rumah gadang".

Namun, kekayaan alam dan potensi wisata dimiliki kabupaten berpenduduk sekitar 133 ribu jiwa lebih ini, selama ini minim di kenal wisatawan domestik dan mancanegara.

Padahal untuk menikmati keragaman obyek wisata dengan keindahan alam Solok Selatan tidak terlalu sulit mencapainya. Solok Selatan hanya berjarak sekitar 160 km dari Kota Padang dan sekitar 100 km dari jalan lintas Sumatera.

Perjalanan menuju ke daerah ini, juga sangat memesona. Panorama Sitinjau Luat, di kota Bingkuang, dan Lubuk Selasih, serta panorama kabut di antara remang puncak gunung Talang.

"Kita juga bisa menikmati keindahan kawasan perbukitan pada sisi kiri dan kanan jalan menuju danau Kembar, juga hamparan kebun dilereng Gunung Talang akan ikut membuat hati tenang," katannya.

Demi melepas penat, pengujung juga bisa rehat sejenak di danau "diatas" dan danau "dibawah" setelah dihadapkan tikungan jalan ke daerah itu.


Pembenahan

Pemerintah Kabupaten Solok Selatan, terus menggencarkan promosi dan pembenahan obyek wisata demi tumbuhnya ekonomi daerah itu.

"Kami memiliki obyek wisata alam, budaya dan agro yang beragam. Saat ini kami tengah berupaya mengembangkan secara serius," kata Kepala Seksi Promosi Pariwisata, Kab. Solok Selatan, Desrial, baru-baru ini.

Dia menjelaskan, sejak tahun 2007 sudah di mulai pengelolaan obyek wisata air panas Sapan Malulung, di nagari Alam Pauh Dua, Kecamatan Pauh Duo, Solok Selatan. Pada kawasan wisata ini sudah tersedia sejumlah fasilitas yang bisa dinikmati pengunjung.

Pemkab Solok Selatan juga akan mengembangkan kawasan Sapan Malulung. Di kawasan itu terdapat 18 titik mata air panas dengan lokasi seluas 1,4 hektar yang sangat potensial untuk dijadikan obyek wisata andalan kabupaten itu.

Pemkab Solok Selatan bahkan sudah mematangkan dan menetapkan pembangunan 'hot water boom' pada kawasan itu.

Pengerjaan sudah di mulai sejak 2007 dengan anggaran senilai Rp582 juta lebih. Pada 2008 pengerjaan lanjutan sudah dianggarkan.

Selain itu, obyek wisata alam yang sedang dibenahi akses jalan dan kelengkapan fasilitas pendukung, pada sejumlah kawasan air terjun, meliputi Air terjun Timbulun Koto Bira, air terjun Malanca dan air terjun Ulu Suliti.

Untuk pengembangan potensi wisata sejarah, kata Desrial, yang dijadikan andalan "perkampungan 1.000 rumah gadang", karena mempunyai nilai historis dan banyak menjadi sasaran wisatawan.

Pemkab Solok Selatan, sudah mulai melakukan penataan rumah-rumah gadang yang sudah dibangun puluhan dan bahkan ada ratusan tahun lalu.

Penataan yang dilakukan diantaranya, memberikan berupa bantuan untuk pemugaran rumah gadang pada kawasan perkampungan 1.000 rumah gadang.

Perkampungan 1.000 gadang, merupakan perkampungan tradisional masyarakat alam Serambi Sungai Pagu yang terletak di nagari Koto Baru --33 km dari Padang Aro ibukota kabupaten Solok Selatan--.

Rumah gadang dengan atap bergonjong dan berarsitektur rumah gadang Minangkabau itu, cukup banyak terdapat di kabupaten tersebut.

Daerah yang berdekatan dengan kawasan hutan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) juga memiliki potensi wisata agro dengan hamparan kebun teh yang berada pada ketinggian 600 - 1.100 meter dari permukaan laut (DPL).

Potensi minat tertentu juga terdapat di kabupaten berhawa sejuk ini, kata Desrial, bagi pengunjung yang ingin mematangkan bakatnya atau menyalurkan minat di arung jeram terdapat di Batang (Sungai) Liki dan Batang Sangir, Nagari Lubuk Gadang.

Dua anak sungai itu, kondisi airnya cukup deras dan cukup menantang bagi peminat para peminat arung jeram.

"Beragam potensi wisata itu, selama ini belum terkelola secara optimal," kata Desrial.


Dikemas

Secara terpisah, anggota DPRD Solok Selatan, Ade B. Gustaf, menyatakan, potensi wisata Solok Selatan, tidak kalah dengan daerah lain yang ada di Sumbar.

Keragaman potensi wisata yang ada, kata dia, hanya tinggal dikemas secara baik, sehingga wisatawan makin banyak berdatangan dan merasa nyaman ketika berkunjung ke Solok Selatan.

Sebab, potensi di sektor pariwisata bila dikelolah secara baik, jela memberikan sumbangan pada pendapatan asli daerah dan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat.

"Makin banyak orang yang datang berkunjung, tentu kian banyak dana bergulir di masyarakat," katanya. DPRD mendukung langkah Pemerintah Solok Selatan yang mempromosikan dan membenahi obyek wisata alam, budaya, sejarah dan agro.

Menurut dia, pembenahan obyek wisata perlu dilakukan secara berkelanjutan dan jangan sampai setengah hati, agar hasil yang diharapkan tercapai.

Oleh Siri Antoni
http://www.antara-sumbar.com

Tidak ada komentar: