Sabtu, 06 Agustus 2011

Menjauhkan Diri dari Kemurkaan Allah, dengan Tazkiyah Nafs, Penguatan Akidah dan Ibadah



يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لآ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Wahai Rasul Allah, sampaikanlah apa yang di turunkan kepadamu dari tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu), berarti kamu tidak menyampaikan amanahnya. Allah memelihara kamu dari gangguan manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang kafir”. (QS.Al Maidah, 5:6)

Firman Allah mendialogkan tentang sifat orang yang tidak memiliki Iman dan menuhankan hawa nafsunya.

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلاً ) الفرقان: 43(
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?..

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا --- وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (Q.S. Ath Thalaq : 2-3)

Generasi bangsa ini mesti menjauhkan diri dari perilaku yang dimarahi Allah. Berperangai bebas tanpa arah akan mengundang musibah dalam kehidupan.

Mengerjakan yang diwajibkan dan meninggalkan yang dilarang berarti berupaya menjauhkan diri dari kemaksiatan.

Mengatasi problematika sosial dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Diantaranya ;
a). Melakukan tazkiyah nafs dengan teratur dalam manhaj suffiyah,
b). Memantapkan iman, tauhid uluhiyah,
c). Melaksanakan Ibadah yang teratur, sebagai perwujudan tauhid rububiyah,
d). Melakukan Wirid yang berkesinambungan,
e). Shalat berjamaah, dan ibadah sunat yang teratur, seperti qiyamullail, shaum, dan lainnya,
f). Melakukan interaksi intensif (silaturahim yang terjaga) ditengah masyarakat.

Semua pengupayaan ini akan menjadi kekuatan mengantisipasi berkembangnya maksiat.


Masalah besar hari ini adalah gaya hidup mengarah kepada budaya pengagungan materi (materialistik) dan kebiasaan menghindari supremasi agama (sekularistik).
Disamping ada dorongan kuat mengejar kenikmatan badani -- ittiba’ hawahu -- (hedonistik) yang terang menyimpang dari budaya luhur.
Interaksi kebudayaan yang vulgar, terindikasi pada meluasnya kriminalitas, sadisme, dan krisis moral.

Dunia pendidikan juga digoncangkan fenomena vandalistik.
Marak terjadi tawuran pelajar, kecabulan, pornografi, pornoaksi meluas, menguatnya kehidupan non-science, asyik mencari kekuatan gaib, paranormal, horor, menyelami black-magic, percaya mistik, hipnotisme yang didorong kuatkan oleh media infotainment dan tayangan audio visual.

Mengatasi semua kemelut moralitas ini dapat dilakukan dengan mengambil Keutamaan Ajaran Agama Islam membangun masyarakat kuat saling bekerjasama, mempunyai sikap kasih mengasihi dengan ukhuwwah kesaudaraan, mahabbah kasih sayang sesama makhluk karena mencintai Allah Maha Kuasa, dan ta’awun saling bantu membantu dalam kebaikan dan kemashlahatan ummah.

Pelecehan Nilai nilai luhur kehidupan selalu terjadi, ketika agama kurang di amalkan. Kekuatan ummat menjadi lemah.

Peran manusia diciptakan adalah untuk mengabdi dengan berbuat kebajikan kebajikan. Keberadaan manusia di permukaan bumi melalui pengabdian terutama pada kepatuhan melaksanakan perintah Allah.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالأنْسَ إِلآ لِيَعْبُدُون

Ibadah adalah mematuhi Allah dengan cara tazkiyah nafs, ilmu dan zikrullah. Dikuatkan dengan tazkiyah maliyah berupa shadaqah, infaq, zakat dan tazkiyah amaliah yakni niyat lillahi ta’ala.

Meruyaknya kemaksiatan yang merusak generasi dan kampung halaman dapat diatasi dengan kepedulian bersama, sesuai ajaran agama Islam.

الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ، مَنِ اكْتَسَبَ ِفيْهَا مَالاً مِنْ حِلِّه و أَنْفَقَهُ فِى حَقِّهِ أَثَابَهُ اللهُ عَلَيْهِ و أَوْرَدَهُ جَنَّتَهُ وَ مَنْ اكْتَسَبَ فِيْهَا مَالاً مِنْ غَيْرِ حِلِّهِ وَ أَنْفَقَهُ فِى غَيْرِ حَقِّهِ أَحَلَّهُ اللهُ دَارَ الهَوَانِ وَ رُبَّ مُتَخَوِّضٍ فِى مَالِ اللهِ وَ رَسُوْلِهِ لَهُ النَّارَ يَوْمَ القِيَامَةِ. (رواه البيهقي عن ابن عمر)
“Dunia itu manis dan hijau. Siapa yang berusaha memperoleh kekayaan harta di dunia di jalan yang halal dan membelanjakannya menurut patutnya, niscaya orang itu diberi pahala oleh Allah dan dimasukkan ke dalam surga-Nya. Siapa yang mengusahakan harta kekayaan di dunia tidak di jalan yang halal dan dinafkahkannya tiada menurut patutnya, niscaya Allah akan menempatkan orang itu di kampung kehinaan. Tidak sedikit orang yang menyelewengkan harta Allah dan Rasul-Nya memperoleh neraka di hari kiamat.” (HR. Baihaqy dari Ibn Umar).

Membangun kehidupan dunia mesti dilakukan dengan kesadaran tinggi, secara bersama sama berupaya mengendali dorongan nafsul lawwamah yang tidak baik. Ini kerja berat.

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ
“ Dan aku tidaklah akan mampu membersihkan diriku dari kesalahan – selama memperturutkan hawa nafsu --, karena sesungguhnya nafsu sangat menyuruh kepada kejahatan.”

Menjadi budak nafsu sama dengan menjadi musyrik.

Menjadi kewajiban semua pihak membangun budi luhur – akhlakul karimah -- dalam berperilaku.
Memiliki Iman taqwa kepada Allah.
Menjaga silaturahim (interaksi) dalam tatanan masyarakat yang madani (mudun = maju serta beradab) yang memiliki keperibadian ; Salimul Aqidah (Aqidahnya bersih), Shahihul Ibadah (Ibadahnya benar), Matinul Khuluq (akhlaqnya kokoh), Qowiyyul Jismi (fisiknya kuat), Mutsaqqoful Fikri (intelektual dalam berfikir), Mujahadatul Linafsihi (punya semangat juang dalam melawan hawa nafsu).

Kewajiban membentuk akhlak umat tak boleh diabaikan.
Ini Fardhu Ain.

مَا لاَ يَتِمُّ الوَاجِبَ اِلاَّ بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ
“ sesuatu perkara yang menyebabkan sesuatu kewajiban tidak akan dapat disempurnakan kecuali dengannya maka perkara tersebut adalah wajib juga hukumnya.”

Rintangan sangat berat.
Pada saat kritis, kelompok zhalim akan berkuasa.
Orang fasik (premanisme) memegang posisi penting.
Penyeru kebaikan akan ditindas.
Pencegah kemungkaran mendapat tekanan.
Mengatasi semua rintangan itu dengan membekali diri iman yang cukup.
Perbanyak amal shaleh.
Paksa diri mentaati Allah.
Sabarlah menghadapi kesulitan.
Niscaya akan mendapatkan sorga abadi.


Pencemaran jiwa ( النَّفْسُ الحَيَوَانِيَّةُ ) terjadi disebabkan oleh dorongan keinginan memenuhi kehendak nafsu semata.

Menjaga kesuburan Nafs dengan ibadah shalat teratur, amalan baik sepanjang masa, zikrullah setiap waktu, senang membaca al-Qur’an, shalatul-lail, suka berpuasa sunat. Sesuai Sabda Rasulullah ;

إِنَّ فِى الجَسَدِ مُضْغَةٌ إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ الجَسَدِ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدِ كُلُّهُ, أَلاَ وَهِيَ القَلْبُ -- رواه البخاري
“ Sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal mudhghah (benda darah), jika ia sehat maka baiklah seluruh jasad, dan jika ia fasad maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati .. “


Kalbu atau hati = القَلْبُ -- adalah Jiwa yang memerintah manusia yang disebut الرُّوْحُ الاَمْرِي . Firman Allah mengingatkan peran kalbu itu amat berpengaruh.

فَإِنَّهَا لآ تَعْمَى الآَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta itu, adalah hati yang ada di dalam dada. (Al-Hajj:22:46).

Beberapa upaya agar hati tidak tertutup adalah dengan menyucikan jiwa dengan zikrullah, melaksanakan Wirid yang tertib (وَارِدُ الاِ نْتِبَاهِ ) menghapus ghaflah, menjaga hati selalu bersih (yaqazah) menjauhi maksiat, selalu bertaubat dari perilaku maksiat, memelihara kethaatan, membentuk jiwa jauhari (النفس الجَوْهَرِي), bijak berhikmah, sadar berukhuwwah.


Kehidupan di Dunia sebagai tempat beramal mesti diisi dengan kebaikan kebaikan serta menghindari apapun yang dilarang.
Kekayaan sesungguhnya ada pada kepatuhan.

أَدِّ مَا افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكَ تَكُنْ مِنْ أَعْبَدِ النَّاسِ وَ اجْتَنِبِ مَا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْكَ تَكُنْ أَوْرَعَ النَّاسِ وَ ارْضَ ِبمَا قَسَمَ اللهُ لَكَ تَكُنْ مِنْ أَغْنَى النَّاس ) رواه ابن عدى عن ابن مسعود(
“ Tunaikanlah apa yang diwajibkan Allah kepadamu, niscaya kamu menjadi orang yang paling banyak ibadat. Jauhilah apa yang dilarang Allah kepada kamu mengerjakannya, niscaya kamu menjadi orang yang paling cermat. Relalah menerima apa yang dibagikan Allah kepadamu, niscaya kamu menjadi orang yang paling kaya.” (HR.Ibnu ‘Adi dari Ibnu Mas’ud).

Peringatan Nabi menganjurkan untuk selalu Ikhlas dan setia dalam pembimbingan zikrullah.

إِنَّ اللهَ تَعَالىَ يَقُوْلُ: أَنَا مَعَ عَبْدِي مَا ذَكَرَنِي وَ تَحَرَّكَتْ بِي شَفَتَاهُ رواه أحمد عن أبي هريرة
Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman: Aku bersama (menolong) hamba-Ku, selama dia menyebut (mengingat) Aku dan masih bergerak bibirnya menyebut nama-Ku. (HR. Ahmad dari Abu Hurairah).

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ المُؤْمِنَاتِ وَ المُسْلِمِيْنَ وَ اْلمُسْلِمَاتِ، اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ اْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَِلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيـْـمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فيِ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَحِيْمٌ.

اللَّهُمَّ اصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَ اصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتيِ فِيْهَا مَعَاشِنَا، وَ اصْلِحْ لَنَا آخِرَتِنَا الَّتيِ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَ اجْعَلِ اْلحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فيِ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ المَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ سَرٍ،
اللَّهُمَّ اجْعَلْ يَوْمَنَا خَيْرًا ِمنْ أَمْسِنَا، وَ اجْعَلْ غَدَنَا خَيْرًا ِمْن يَوْمِنَا، وَ احْسِنْ عَاقِبَتَنَا فيِ الأُمُوْرِ كُلِّهَا، وَ أَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَ عَذَابِ الآخِرَةِ،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ اْلعَفْوَ وَ العَافِيَةَ فيِ دِيْنِنَا وَ دُنْيَاناَ وَ أَهْلِيْنَا وَ أَمْوَالِنَا، رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمِ وَ تبُ ْعَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلاَمُ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ اْلحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.

Tidak ada komentar: